A Linear Diophantine Equation and its solutions

A Linear Diophantine Equation, as you might guess, is a equation that starts with three fixed numbers, a,b and c, and a pair of numbers that can change, x and y such that: And as you might see at a…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Apakah Kepribadian Bisa Berubah?

Saatnya mengubah pandangan kita tentang “kepribadian”

Namun studi psikologi semakin berkembang. Ilmu sains kognitif dan perilaku dalam dua dekade terakhir memberi wawasan yang berbeda tentang otak dan perilaku manusia.

Tinjauan penelitian terbaru mengenai ilmu kepribadian membuktikan bahwa kepribadian, khususnya trait-trait (sifat-sifat) dalam kepribadian dapat berubah secara marginal.

Bagaimana bisa?

Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita definisikan terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan kepribadian:

Dengan kata lain, meski relatif stabil, kepribadian seseorang dapat berubah, dan tingkat perubahannya bersifat khusus untuk setiap orang.

Meski kita tak bertujuan untuk mengubah kepribadian kita, perubahan kepribadian tetap akan dan bisa terjadi, karena pada dasarnya kepribadian bukanlah hal yang “ajek”.

Memang, dalam buku tersebut Benjamin Hardy memberikan pandangan yang ekstrim dan reduksionis dalam memandang kepribadian yang selama ini kita tahu, ia mengasumsikan bahwa: orang-orang yang mengikuti tes kepribadian akan “dibatasi” oleh sebuah profil.

Jangan salah sangka dulu — memang, saya pun menyadari bahwa mengisi tes-tes personalitas (MBTI, Enneagram, dll) itu menyenangkan dan bisa membuat kita jadi lebih mengenal diri sendiri, mengetahui kelebihan dan kelemahan kita.

Namun, menurut Hardy, tes kepribadian bisa menjadi “alasan” bagi kita untuk berpuas diri dan stagnan. Padahal kepribadian bukan hal yang mendefinisikan diri kita.

Karena kenyataannya banyak individu paling dinamis dan sukses di dunia mendapatkan value kehidupan dari berbagai penilaian psikologis dan dengan memahami makna kepribadian itu sendiri, bukan serta merta mendefinisikan diri dan menarik kesimpulan dari 1 atau 2 tes kepribadian yang mudah kita temukan di internet.

Elon Musk, Bill Gates dan segelintir orang sukses lainnya tidak membatasi diri mereka dengan profil kepribadian tertentu. Hal ini justru memungkinkan mereka untuk bisa menghargai keragaman, preferensi dan kecenderungan tiap individu yang berbeda-beda, bukan mengkotak-kotakkan manusia dalam sebuah label.

Masih mengutip Benjamin Hardy di bukunya, ia berujar:

Menggunakan ukuran Teori Big Five, perubahan kepribadian seseorang bergantung pada tingkat kedewasaannya. Ketika menuju proses pendewasaan, sifat-sifat dalam “OCEAN” masih terbentuk. Pada usia 30 tahun, mayoritas orang telah mencapai kedewasaan, namun bukan berarti kelima sifat tersebut telah sepenuhnya ajek atau sudah “fixed”.

Umumnya, setelah usia 30 tahun seseorang menjadi kurang neurotik — memiliki nilai “neuroticism” yang lebih rendah dari sebelumnya — dengan demikian orang tersebut lebih stabil secara emosional (karena “neuroticism” berbicara tentang pengaruh dan pengendalian emosi).

Tentu tidak salah berpikir bahwa kepribadianmu adalah “bagian” dari dirimu. Asalkan jangan jadikan itu alasan untuk menolak berkembang dan bertransformasi kepada hal positif.

Banyak orang terjebak di pemikiran “kepribadian = identitas”. Padahal keduanya hal yang berbeda.

Identitas adalah cara seseorang mendefinisikan dirinya sendiri. Identitas bersifat fundamental dan prinsipal, sedangkan kepribadian lebih berada di tingkat permukaanyang mana hanyalah salah satu cabang dari identitas itu sendiri.

Kepribadianmu bisa berubah, jika kamu mau untuk membuat ‘definisi diri’ mu sendiri.

Sayangnya, hanya sedikit orang yang dengan sengaja mendefinisikan dan membentuk identitas mereka berdasarkan “siapa” yang mereka mau, dan akhirnya mereka pun benar-benar bisa “menjadi” orang itu. Kebanyakan dari kita tidak menyadari kekuatan definisi diri yang sangat kuat ini, dan memilih untuk berada di dalam lingkar kenyamanan kita sendiri.

Mungkin kita memiliki teman yang sangat populer, ramah, pintar, ia bagaikan protagonis dalam sebuah film inspiratif yang dapat mendapatkan apapun yang ia mau dalam sinema kehidupan, dan kita merasa hanya menjadi “pemeran sampingan” saja.

Kenyataannya, ia adalah dirinya. Dan kamu adalah kamu.

Kita semua menjadi tokoh utama dalam cerita hidup kita masing-masing.

Jangan biarkan cermin sosial menarik diri kita ke dalam belenggu komparatif antar individu, karena pasti tak akan ada habisnya.

Yang lebih penting adalah seberapa banyak kita telah berubah, yang mana hal ini, tak lain tak bukan, adalah evaluasi personal untuk setiap orang.

Add a comment

Related posts:

Conclusion

How to find your purpose and passion in life. Finding purpose in everyday life. What do you want in life answer. What is my purpose in life