Waste Is an Enormous Problem. but Recycling Is the Wrong Solution

I am proud to be one of the developers of what is today called human-centered design. That is design that always starts off understanding the needs, capabilities, and desires of people. It has four…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Tidak ada pilihan lain.

Di chat tidak di balas, di telepon tidak di angkat, slalu saja seperti ini. Jika sangat di butuhkan di waktu genting, lelaki itu slalu saja tidak ada kabar.

Di lihat nya jam tangan, waktu nya hanya sisa sepuluh menit saja, mau tidak mau ia harus berlari menuju kampus yang lumayan jauh sembari mencari pangkalan ojek.

Setelah berlari cukup jauh dari kost, ia tidak juga menemukan pangakalan ojek.

“Haduhh, gue lemes banget sumpah,” Appriel mengatur nafas nya dengan membungkuk, kedua tangan nya memegangi lutut, keringat bercucuran di dahi nya, anak rambut nya sedikit basah akibat keringat.

Saat ia ingin kembali berdiri, ia terkejut dengan tangan seseorang yang tiba-tiba menyodorkan air mineral di depan wajah nya. Ia cepat cepat melihat ke arah orang itu.

“Ravindra?”

“Nih buat lo, gue tadi lagi lewat terus liat lo lari lari sendirian, mana bawa tas besar banget, mau kemana emang nya?” Ocehan itu tidak membuat Appriel risih, malah membuat nya salah tingkah karna merasa jika lelaki di depan nya ini mengkhawatirkan nya.

“Mau ke kampus, tapi sopir gue gak aktif, terus aplikasi ojek online gue ngelag banget, terpaksa cari pangkalan ojek.” Appriel tersenyum lebar dengan gigi putih nya yang berderet rapi.

“Ohh, yaudha bareng gue aja yuk?, Gue juga kebetulan mau ke kampus ada kelas pagi ini.”

“O-oh.., okey..” Appriel menggaruk tengkuk nya, lalu mengikuti Ravindra yang berjalan menuju mobil nya.

Mereka pun bergegas menuju kampus, karna jarak dari tempat mereka dengan kampus lumayan jauh, terlebih lagi jika macet, pasti akan ribet.

Pagi itu pun berganti siang, matahari sudah berada di tengah, hari ini cuaca nya seperti biasa, sangat terik. Appriel sempat mengeluh akibat ia hari ini tidak mencuci pakaian nya, jika tahu hari ini akan secerah ini. Ya, Appriel memang mencuci pakaian nya sendiri, untuk menghemat uang, meski mamih nya setiap bulan mengirim uang pada nya hingga puluhan juta, tetapi itu membuat nya inisiatif untuk di tabung, agar jika sudha terkumpul banyak bisa ia pakai untuk membangun perusahaan sendiri seperti papih nya kelak.

Kaki nya melangkah di lobby, berniat kelur dari kampus dan mencari makanan untuk cacing cacing dalam perut nya itu. Tatapan nya beralih pada Ravindra yang meletakkan tas nya di salah satu kursi kosong, lalu di tinggalkan pergi begitu saja. Tanpa ba bi bu, ia mengambil sebuah coklat berukuran besar, sertas bunga kertas yang sudah ia buat selama semalaman, lalu secara diam diam ia masukkan ke dalam tas milik Ravindra, untung saja di sana sedang sepi, mahasiswa pasti berada perpustakaan kebanyakan nya. Setelah itu, ia mengacir pergi dari sana. Entah coklat itu akan di makan oleh nya atau tidak, yang terpenting ia sudah memberikan nya.

Add a comment

Related posts:

Revolutionize Your Batch Production with Planbu!

Batch production is a challenging and complex process that requires significant planning and resources. Manufacturers of small batches face the difficulty of scheduling and planning their production…

My troubled relationship with social media

The introduction of the internet to my life was initially rather slow and unassuming. I can still remember this sturdy laptop my parents had when I was a kid, I took very little interest in it and…