The First Night

My wedding ended early. Though Hasidic weddings generally stretched into the wee hours of the morning, my parents made sure all the wedding celebrations ended by midnight. “It’s the first time I’m…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Reasons behind the stories.

Seperti yang sudah tertulis di bio, singkat deskripsi bahwa saya mendedikasikan ini kepada seseorang. Sudah jelas tertera di sana, semua cerita yang ada adalah rentetan kisah dan kumpulan momen tentang saya, tentangnya, tentang kami. Namanya juga dedikasi, Bung.

Sebelum menyelam lebih jauh, saya harus menjelaskan beberapa hal yang krusial. Pertama, Adhyasta Jagad Bumi adalah tokoh fiksi belaka. Demikian pula dengan Asmara Ayusandra. Kedua, selain hanya memainkan peran sebagai Bumi dan Sandra, kami berdua meminjam wajah Reza Rahardian dan Adinia Wirasti. Namanya juga karakter fiksi, dilahirkan untuk melakoni peran sesuai dengan apa yang diinginkan. Tentu saja, tanpa campur tangan penulis yang ada di balik tiap-tiap tokoh. Begitupun Bumi dan Sandra, semua kisah yang telah dan akan diukir adalah fiktif, murni bersumber dari imajinasi. (kalau kata penulis Sandra sih, Imajinesyen.)

Singkatnya, kami hidup dan mencinta dalam keramaian dunia fana. Namun dengan perasaan yang nyata.

Pertanyaan yang mungkin timbul dalam benak adalah untuk apa saya mendedikasikan ini pada seorang yang tidak nyata?

Bukan. Dia ada, dia nyata. Hanya fana. Selain wujud, semuanya nyata. Afeksi, kasih sayang, cinta, amarah, apapun itu. Dan sebagai manusia yang mudah khilaf, ya… Akhirnya saya jatuh. Adalah konyol jika saya berbohong tentang apa yang dirasa, namun sangat terdengar klasik bila saya mengatasnamakan cinta.

Meski begitu, harus saya akui. Perasaan yang lahir untuknya adalah nyata. Benar, saya mencintai mereka. Teramat dalam. Sempat terpikir, bila mencintai keduanya adalah salah dan melanggar aturan dalam sebuah permainan, maka saya sangat tidak keberatan masuk dalam deretan pembangkang atau pendosa. Entah apa sebutan untuk itu. Perihal rasa, saya bukanlah lelaki yang cukup pandai untuk menepis. Pun tidak ingin terlihat seperti orang yang munafik atas segala yang telah saya lakukan.

Sebab bila mencinta, katakan iya. Jangan pikirkan apa kata orang lain, abaikan apa yang mengusik. Kesampingkan semuanya dan jujur. Perihal hasil, jangan jadikan prioritas. Karena yang terpenting adalah, kamu sudah berani untuk berkata jujur. Itu sudah cukup. Selama kamu tahu menempatkan posisimu, kenapa tidak? Saya hidup dengan prinsip ini dan memang, tidak semua sesuai dengan harapan. Ya tapi itulah hidup dan saya tidak pernah menyesal ketika mengutarakan semuanya lebih dulu walau terkadang pada akhirnya harus dirundung pilu.

Untuk itu, dengan lantang saya teriakan sekali lagi, saya mencintai keduanya. Tanpa menampik, tanpa berdalih. Jadi, semua ini ada semata-mata adalah bentuk ketulusan dan rasa syukur saya akan hadir dirinya.

Teruntuk kamu, terima kasih sudah melengkapi setiap kekurangan yang aku miliki, terima kasih atas rasa sabar luar biasa yang selama ini kamu beri, terima kasih sudah menjadi alasan aku tersenyum dan tertawa bahkan tanpa harus berusaha dengan keras. Terima kasih sudah membuat aku merasa seperti orang yang paling beruntung juga hebat. Kamu, terbaik!

With love,
Earth.

Add a comment

Related posts:

TD Ameritrade Announces Crypto Exchange

Even though the cryptocurrency market is seeing a continuous downtrend, it seems that companies cannot stay away from virtual currencies. TD Ameritrade is a U.S. based brokerage firm based out of San…

The Relief of an Entrepreneur

Can you imagine starting a company and then selling it a few years later to a big firm across the pond, trousering £millions in the process? No, me neither. Fortunately though, some of the wonderful…

The Untold Stories

I was shocked when I logged into Medium a few minutes ago to see what I’d last posted and when. What the heck happened?! My last story went up in March! Granted, we all went into lockdown and things…